Bulliying sudah menjadi-jadi, parah sekali. Berikut ini saya sajikan tulisan dari Aisha Maharani, salah seorang ibu yang anaknya menjadi korban bully, untuk kita ambil sebagai pengalaman berharga demi anak bangsa.
Catatan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai orang tua yang anaknya pernah di-bully oleh teman sekolahnya.
Azzam, ketika menginjak kelas 5 SD pernah pada suatu masa setiap pulang sekolah selalu murung dan mengurung di kamar. Puncaknya adalah dia tidak mau masuk sekolah dan lebih nyaman di rumah.
Awalnya dia tidak mau menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya. Tapi saya tidak bosan melakukan pendekatan pada azzam, sehingga akhirnya dia mau cerita. Kesepakatan kami memang setiap pulang sekolah ada sesi cerita tentang kegiatan sekolah. Saya sengaja melakukan metode ini agar anak-anak saya mempunyai tempat curhat di rumah.
Tindakan bullying terhadap Azzam adalah selain pemerasan, penghinaan juga kekerasan secara fisik. Azzam kerap dipukuli atau ditendang oleh pelaku bullying ini.
Setelah saya mengetahui apa yang terjadi, tindakan pertama adalah memberi semangat dan dukungan pada Azzam kalau tidak sendiri, kedua mengajarkan azzam untuk berani membela diri dengan melaporkan pada guru di sekolah. Tindakan saya yang kedua adalah memberi penekanan pada pihak sekolah agar tindakan seperti ini harus ditindak tegas, kalau berlarut maka saya akan memberi sanksi pengajuan laporan pada pihak polisi.
Alhamdulillah, pihak sekolah menanggapi dengan positif. Pelaku bullying diberi hukuman yang sesuai.
Tapi cerita belum selesai, bullying menimbulkan trauma pada azzam, dia masih takut untuk pergi sekolah dan masih kurang percaya diri, saya terus menyemangati azzam dan memberikan rasa aman ketika dia pergi ke sekolah. Masalah belum berakhir, trauma itu juga menjadikan azzam mem-bully adik-adiknya di rumah dengan kata-kata. Perlu kesabaran untuk menyembuhkan trauma.
Ketika azzam melakukan bully terhadap adik-adiknya, tentu saya tegur dan sesekali saya bicara dari hati ke hati dengan azzam, tidak bosan mengingatkan bahwa tindakan itu tidak benar.
Menginjak SMP saya membolehkan azzam sibuk dengan kegiatan positif di sekolah, aktif di PMR, English Club dan OSIS membuat azzam mulai mengurangi bully-annya .
Kunci dari trauma bully adalah pendampingan, dukungan dan bimbingan yang tiada henti sampai traumanya hilang. Pelaku bullying bisa melahirkan pelaku baru jika kita tidak segera mencegahnya.
Pelaku bully ada karena orang tua yang abai sehingga anak melakukan tindakan anarki untuk mendapatkan perhatian.
Salam
Aisha Maharani
No comments:
Post a Comment
Komen? boleh, silahkan...